Home ยป memperhatikan Pati, Kota Penghasil Pemain Bola
memperhatikan Pati, Kota Penghasil Pemain Bola

Di pentas sepakbola nasional, nama Pati tentu masih asing. karena enggak ada kumpulan pemain asli tempat pesisir pantura ini yang mentas di persaingan elite Liga Indonesia. Nama Pati terpinggir di antara sepakbola kota-kota tetangganya seperti PSIR Rembang, serta Persijap Jepara yang pernah jadi kuda hitam ketika period persaingan Indonesia Tremendous League (ISL).
Pada Baru-baru ini, timbul Putra Safin Group (PSG) Pati yang kemudian hari berubah jadi AHHA PS Pati. Klub ini sempat jadi perhatian sepakbola Indonesia sehingga nama Pati Memperoleh pentas tersendiri. Sebetulnya, Pati sendiri mempunyai kumpulan pemain asli period perserikatan bernama Persatuan Sepakbola Indonesia Pati (Persipa). Kumpulan pemain ini telah cukup sepuh, didirikan pada 19 April tahun 1951 di masa orde lama.
Kumpulan pemain dengan kostum kebanggaan warna merah ini belum pernah sekalipun mencicipi persaingan elit profesional tanah air. Paling mentok, Persipa pernah mencicipi Divisi 1 pada 2014. Baru di usianya yang ke-71 tahun ini, Persipa sukses meraih karcis promosi ke Liga 2 2022/2023, setelah tampil mengesankan di Liga 3 musim 2021/2022. Pada regional Jawa Tengah pun, Persipa sukses jadi juaranya.
Padahal, kota yang berada di perlintasan jalur pantura ini mempunyai kultur serta kebiasaan sepakbola yang mengakar kuat di masyarakatnya. Sepakbola jadi olahraga yang amat populer. pun dalam peristiwa-peristiwa perayaan budaya, sepakbola turut jadi bagian di dalamnya. Di desa-desa masih amat sering dijumpai, lomba sepakbola persahabatan antar kampung, kecamatan, hingga kota tetangga, jadi rangkaian dalam kegiatan sedekah bumi. pun syukuran kemenangan pemilihan kepala desa jua kerap menghadirkan lomba sepakbola sebagai hiburan rakyat yang memikat.
Meskipun enggak terpandang karena belum ada kumpulan pemain tempat yang berkompetisi di stage elit, kota ini sejatinya telah melahirkan bintang-bintang lapangan yang jadi andalan tim-tim tersohor. Para pemain dari Pati terus beregenerasi mewakili zamannya masing-masing. Jauh sebelum kita mengetahui Wawan Febrianto, penyerang sayap Borneo FC, kota ini telah melahirkan pemain prime sekelas Ribut Waidi.
Mengenang Ribut Waidi
Bagi generasi 80an serta 90an, tentu sosok Ribut amat melekat di hati. dia merupakan pemain andalan Kumpulan pemain Nasional Indonesia yang jadi pahlawan ketika meraih medali emas SEA Video games Jakarta 1987. Gol semata wayangnya mengantar Indonesia merebut emas bagi pertama kalinya di cabang olahraga sepakbola.
Ribut yaitu pesepakbola asal Desa Trangkil, Pati. Namanya mulai moncer ketika membela PSIS Semarang serta mengantarkan kumpulan pemain ini jadi menang perserikatan. Media-media kala itu menuliskan gol tunggal hal yang demikian sebagai gol emas. Penampilan Ribut jua amat mengesankan ketika itu. Jutaan pasang mata menyaksikan kepiawaian Ribut dalam mengolah si kulit bundar serta menyelamatkan Indonesia di depan publiknya sendiri. Ribut pun diarak mengelilingi lapangan dengan label pahlawan.
Setelah period Ribut, generasi pemain sepakbola dari kota yang terkenal bakal produk olahan kacangnya ini enggak cease melahirkan pemain-pemain berbakat bagi menghiasi pentas sepakbola nasional. Beberapa pemain pun dipercaya memperkuat Indonesia, meski enggak semoncer Ribut.
Di antara generasi pesepakbola asal Pati setelah Ribut, yaitu Rudi Widodo serta Wawan Febrianto. Dua pemain ini masih satu kampung dengan Ribut. Mereka berasal dari Desa/Kecamatan Trangkil berjarak 12 kilometer dari pusat kota Pati. Dua pemain ini jua pernah memperkuat kumpulan pemain nasional. Wawan Febrianto yang ketika ini masih berkompetisi di Liga 1 yaitu jebolan SAD Uruguay atau Deportivo Indonesia pada 2011, sebuah program pelatihan pemain muda berbakat.
Pemain lainnya yang menghiasi pentas sepakbola nasional antara lain seperti Reza Irfana serta Ryan Ardiansyah di PSIS Semarang, Dimas Fani kiper PSS Sleman, serta Iqbal Al Ghuzat bek sayap AHHA PS Pati di Liga 2. Selain nama-nama hal yang demikian, atmosfer sepakbola di kota ini jua telah melahirkan calon wonderkid Indonesia. Pemain itu yaitu Krisna Sulistia Budianto yang masuk dalam proyek latihan Garuda Choose 4 di Eropa.
Pemain jangkung yang berposisi sebagai penyerang ini yaitu talenta alam sepakbola Pati yang bakal terus memperpanjang daftar pemain prime yang dilahirkan dari kota ini. ketika ini, pemain berusia 15 tahun yang berasal dari desa yang sama seperti Ribut ini jua jadi bagian dari kumpulan pemain Bhayangkara FC U-16 di persaingan Elite Professional Academy.
Meninjau Gairah Sepakbola Akar Rumput di Pati
Lahir di sederet nama-nama beken pesepakbola nasional enggak lepas dari gairah sepakbola di akar rumput. Kumpulan pemain-tim lokal di kota ini terus bertumbuh serta berkembang. Information dari Askab PSSI Pati dalam kongres tahunan 2022, ada sebanyak Persatuan Sepakbola (PS) atau kumpulan pemain yang secara sah tergabung dalam asosiasi. Jumlah itu bisa saja terus bertambah, mengingat ketika ini hampir seluruh desa mempunyai tim-tim sendiri.
Gairah sepakbola di kota ini jua makin membuncah, seiring munculnya sekolah-sekolah sepakbola baru yang visioner. Seperti kehadiran Safin Soccer Pati Academy (SPFA) yang digagas Wakil Bupati Pati Saiful Arifin bersama Rudy Eka Priyambada yang mempunyai komplek lapangan sepakbola terbesar di Indonesia. Selain itu di kota ini jua banyak sekolah sepakbola lain yang enggak keok, seperti Akademi Persib di Pati, Rudi Widodo Soccer Academy, hingga kemunculan Joko Ribowo Soccer Academy, serta masih banyak lagi Sekolah Sepak Bola (SSB) lain yang terus menghidupkan detak gairah bermain bola si kecil-si kecil muda Pati.
Kentalnya kultur sepakbola serta sokongan ekosistem latihan yang sesuai, tentu diharapkan bakal terus melahirkan talenta-talenta sepakbola. Bukan enggak mungkin hanya bakal meramaikan pentas sepakbola nasional saja, mungkin bakal tiba gilirannya si kecil-si kecil dari pelosok desa di kota sekecil Pati ini bisa pentas di pentas internasional. Seperti Krisna yang telah dilirik masuk ke program Garuda Choose, tentu jalan lapang menuju karir Eropa ada di depan mata. Artinya, ini tinggal memupuk psychological serta daya juang berkarir di pusatnya kemajuan sepakbola dunia.
Mengingat balik Ribut Waidi setelah sukses mengantar tim indonesia meraih emas SEA Video games. “Meski hamba si kecil desa, hamba telah ikut serta serta serta memberikan yang terbaik bagi bangsa ini melalui sepak bola,” katanya abis lomba bersejarah 20 September 1987 di Stadion Utama Senayan, Jakarta seperti dikutip dari medcom.id.
Kesadaran Ribut Waidi bagi memberikan yang terbaik bagi bangsa ini melalui sepakbola, mestinya jadi pelecut bagi generasi pesepakbola masa kini. Khususnya bagi pesepakbola Pati supaya terus bekerja keras berproses serta menjelma jadi pemain hebat di masa yang bakal datang.
seputar Penulis:
Achmad Ulil Albab, jurnalis di Pati. Meliput berita-berita politik serta olahraga. kini aktif jadi pengurus Askab PSSI Pati bidang humas serta media. bisa disapa melalui twitter @UlilAlbab1994